Selasa, 13 Desember 2011

MAHASISWA BAKAR DIRI

KASUS BAKAR DIRI
Rizal Ramli: Sondang Patriot Perubahan


Senin, 12 Desember 2011

JAKARTA (Suara Karya): Ketua Dewan Penyantun Universitas Bung Karno (UBK) Rizal Ramli mengatakan, Sondang Hutagalung layak mendapat gelar Patriot Perubahan.
Menurut Rizal, pengorbanan mahasiswa yang membakar diri hingga berujung kematian di depan Istana Negara itu telah membuka mata, telinga, dan hati seluruh komponen rakyat Indonesia bahwa telah terjadi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan penguasa kepada rakyatnya.
Hal tersebut diutarakan Rizal Ramli saat memberi sambutan sebagai penghormatan terakhir terhadap Sondang di Aula UBK, Minggu (11/12). Hadir pada kesempatan itu Ketua Yayasan UBK Rachmawati Soekarnoputri, keluarga Sondang, serta ratusan mahasiswa UBK dan sejumlah kampus lain yang memadati aula hingga penuh sesak.
"Sondang telah memilih cara yang luar biasa, yang tidak pernah dilakukan seorang pun pejuang di Indonesia. Tindakan Sondang sebagai protes karena kata-kata telah kehilangan makna. Kata-kata telah tidak berarti lagi bagi penguasa. Sondang melakukan aksinya itu dari hati untuk Indonesia yang lebih jaya, Indonesia yang lebih sejahtera," ujar Rizal Ramli, yang disambut gemuruh yel-yel "Hidup Sondang!" berkali-kali oleh ratusan hadirin.
Pada kesempatan itu, civitas akademika UBK menobatkan Sondang Hutagalung sebagai Sarjana Kehormatan, Soekarno Muda, dan Patriot Perubahan. Jenazah Sondang kemudian dikebumikan di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Menurut Rizal Ramli, yang juga dikenal sebagai tokoh perubahan nasional, apa yang Sondang lakukan sama sekali tidak bisa disebut konyol. Justru aksinya itu sudah memberi inspirasi bagi seluruh aktivis demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan perubahan untuk terus menggelorakan perjuangannya.
"Sondang mahasiswa yang pintar. IPK-nya 3,7. Dia juga sayang kepada ibunya. Tiga hari sebelum melakukan aksi, dia masih sempat mencabuti uban ibunya. Sebagai Ketua Dewan Penyantun UBK, saya menyatakan, UBK bangga mempunyai pahlawan yang berani seperti Sondang. Dia seperti Bung Karno yang telah mengorbankan masa muda dan jiwa merdekanya agar Indonesia merdeka dari segala macam penindasan, termasuk penindasan dari penguasa," kata Rizal Ramli, yang juga mantan Menko Perekonomian.
Rasa bangga atas sikap kritis Sondang Hutagalung terhadap pemerintahan SBY-Boediono juga menyelimuti seluruh civitas akademika UBK. Meskipun begitu, pihak UBK mengimbau agar aksi bakar diri Mahasiswa Fakultas Hukum tersebut tidak dicontoh oleh mahasiswa lainnya. Terlalu mahal pengorbanannya.
Sondang membakar diri di depan Istana Merdeka pada Rabu (7/12) karena kecewa dengan kebijakan pemerintahan SBY-Boediono. Dia kemudian dirawat di RSCM selama empat hari, dan menghembuskan napas terakhir pada Sabtu, 10 Desember 2011 pukul 17.45 WIB. Jenazah Sondang dimakamkan, Minggu (11/12), di TPU Pondok Kelapa setelah mendapatkan penghormatan dari civitas akademika UBK.
"Universita Bung Karno tetap mendukung perjuangan Sondang. UBK juga berterima kasih atas perjuangannya. Kami, civitas akademika UBK, berjanji akan melanjutkan perjuangan Sondang. Atas keberanian dan konsistensi perjuangannya, senat UBK menganugerahkan gelar sarjana kehormatan kepada Sondang Hutagalung," kata Pembantu Rektor III UBK bidang Kemahasiswaan Daniel Panda.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan dukacita mendalam atas kematian Sondang. "Presiden SBY sangat berduka dan berbagi kesedihan dengan orangtua dan saudara-saudaranya," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringga di Jakarta, Minggu.
Sparringga mengutarakan, kematian Hutagalung itu memiliki pesan mendalam. Dia berharap semua pihak bisa berperan dan menyikapi pesan-pesan tersebut, terutama yang berguna bagi bangsa.
"Kami yakin ada ribuan pesan yang ditinggalkan oleh kematian Sondang. Hendaknya kita mengambil apa yang menjadi bagian kita," katanya.
Sementara itu, teman Sondang, Darma Silalahi, mengatakan, Sondang merupakan Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi). Di mata aktivis lainnya, Sondang terkenal sensitif terhadap segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Pemuda yang lahir pada 12 November 1989 ini menitipkan Hammurabi ke rekannya menjelang ajal menjemput.
"Brother, gue titip Hamurabi sama lu," kata Darma mengutip SMS terakhir yang diterima dari Sondang. Darma mengaku mendapat pesan pendek itu pada 2 Desember 2011 pukul 18.57 WIB hingga tiga kali. Selain di Hammurabi, Sondang juga aktif di Sahabat Munir, komunitas yang concern pada perjuangan HAM seperti yang ditunjukkan oleh Munir. (Joko Sriyono/Sadono) 
 
 video :
 
 





 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar